Paringin (Kemenag Balangan) - Kepala Kantor Kementerian Agama (Ka.Kankemenag) Kabupaten Balangan Drs. H. Saribuddin, M.Pd.I menyatakan bahwa perbuatan terorisme tidak berhubungan dengan satu agama apapun, namun sering dijadikan manipulasi dan alasan seseorang berbuat kejahatan.
"Tidak ada satu agama pun di dunia ini, baik Islam maupun lainnya, yang mengajarkan kekerasan. Meski begitu, banyak pihak yang menjustifikasi tindakan terorismenya dengan berlandaskan pada agama. Kenapa? Karena itu alasan paling gampang dan paling mudah memancing simpati masyarakat," ujarnya saat memberikan sambutan pada Workshop Penguatan Kebangsaan Guna Mencegah Terorisme di Kalimantan Selatan bertempat di Aula Asy Syura Kantor Kemenag Balangan, Selasa (14/06/22).
Karenanya Saribuddin meminta para penyuluh agama selaku penyampai pesan keagamaan langsung ke masyarakat untuk bijak menjawab pertanyaan masyarakat tentang tindak terorisme yang selalu mengkambinghitamkan agama.
"Bisa dibilang karena agama memang alasan paling menjual di masyarakat kita. Berbuat baik berlandas agama akan mendapat pujian, begitu pula sebaliknya. Tapi harus kita ingat, bila ada yang mengaku agamanya mengajarkan kejahatan, berarti ada yang salah dalam pehamannya," tambahnya.
Lebih jauh terkait sikap intoleransi di Kab. Balangan, Saribuddin menyatakan bahwa masyarakat Balangan sudah terbiasa hidup berdampingan dengan teman berbeda agama. Bahkan bukan hal yang aneh lagi ditemui saudara sepupu yang berbeda keyakinan, namun tetap bisa hidup rukun.
"Mari kita jaga bersama kedamaian antar agama yang ada di Balangan, saya minta bantuan para penyuluh untuk membimbing masyarakat agar menimbah ilmu agama sesuai dengan sesuai dengan tuntunan kitab dan sunnahnya," pesannya.
Pada kesempatan tersebut Kepala Satuan Tugas Wilayah Densus 88 AT Polri Kalsel Kombes Pol Surya Putra Mustika M.I.K menyatakan dalam paparan materinya bahwa perbuatan terorisme tidak muncul seketika, namun dimulai dari pikiran intoleransi kepada sesama, sikap radikalisme yang akhirnya apabila dibumbui dengan provokasi akan menimbulkan tindak kejahatan terorisme.
"Kita beruntung di Indonesia mempunya Kementerian Agama, dengan penyuluh agama sebagai ujung tombaknya, sebagai penyampai pesan pemerintah serta memberi pencerahan kepada masyarakat bahwa Indonesia itu satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa. Bukan satu agama atau satu ras. Perbedaan tersebut harus diajarkan sejak kecil sebagai suatu rahmat agar tidak timbul sikap intoleran yang berujung pada kejahatan," pungkasnya.
Kegiatan Workshop Penguatan Kebangsaan diikuti oleh 60 orang Penyuluh Agama Islam (PAI) PNS maupun Non-PNS yang ada di lingkungan Kemenag Kab. Balangan.
Penulis: Uswah
Foto: Uswah
0 Comments