Perbedaan Hari Idul Adha, Ka.Kankemenag: Jangan Galau, Sudah Pernah terjadi di Zaman Sahabat

 

Paringin (Kemenag Balangan) - Kepala Kantor Kementerian Agama (Ka.Kankemenag) Kabupaten Balangan Drs. H. Saribuddin, M.Pd.I menyatakan perbedaan jatuhnya hari raya Idhul Adha 1443 H antara yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia dengan di Arab Saudi jangan membuat masyarakat galau hingga menimbulkan perdebatan, karena perbedaan tersebut juga sudah pernah terjadi di zaman sahabat nabi.

 

Saat ditemui di ruang kerjanya pada Rabu (07/07/22), Saribuddin menjelaskan salah satu riwayat Hadits Shahih tentang sahabat bernama Tabi`in bernama Kuraib yang melakukan kunjungan ke Syam. Tak lama sampai, masuklah awal Ramadhan. Ia dan penduduk Syam melihat hilal pada hari Jumat. Setelah urusan selesai, Kuraib kembali ke Madinah, ia sampai di Madinah pada akhir bulan Ramadhan.

 

“Ia menceritakan kepada Ibnu Abbas bahwa penduduk Syam melihat hilal pada hari Jumat. Sedangkan Ibnu Abbas dan penduduk Madinah melihat hilal pada hari Sabtu. Kuraib bertanya kepada Ibnu Abbas: mengapa anda dan penduduk Madinah tidak ikut Muawiyah soal ru'yah? Ibnu Abbas menjawab bahwa dirinya dan penduduk Madinah melihat hilal pada hari Sabtu. Beginilah Rasulullah Saw. mengajarkan kami,” paparnya.

 

Menurut Saribuddin jarak Syam dan Madinah adalah sekitar 1.120 kilometer, apalagi jika jaraknya sejauh Arab Saudi dan Indonesia. Tentu tidak heran jika ada perbedaan dalam penetapan hari raya.

 

"Perbedaan waktu pada dasarnya disebabkan karena letak Arab Saudi lebih barat dari Indonesia. Waktu di Indonesia lebih cepat 4 jam, sehingga hilal justru mungkin terlihat  di Arab Saudi. Semakin ke arah barat dan bertambahnya waktu, maka posisi hilal akan semakin tinggi dan semakin mudah dilihat. Sementara letak geografis Arab Saudi berada di sebelah barat Indonesia, sehingga pada tanggal yang sama posisi hilal di sana lebih tinggi," jelasnya panjang lebar.

 

Selanjutnya Saribuddin menyatakan bagi masyarakat Indonesia yang berbeda dalam pelaksanaan waktu Idul Adha karena menggunakan metode hasil hisab hakiki wujudul hilal maka tidak perlu dipermasalahkan dan harus saling menghormati karena prinsip pengambilan keputusan keduanya telah sesuai dengan syariat Islam.

 

"Perbedaan adalah fitrah dalam Islam. Tak usah jadi masalah, semua niatannya merayakan hari Idul Adha," tutupnya.

 

Penulis: Uswah

Foto: Uswah

 

Related Posts

Post a Comment

0 Comments